Monday, September 24, 2007

“Mau Maju dalam Pendidikan, Belajarlah dari Jembrana dan Tanah Datar”

Irza Arnyta Djafaar M. Hum
Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Khairun Ternate
(Pemerhati Pendidikan)

Bagi orang Jembrana di Bali yang namanya pendidikan dan kesehatan bukanlah barang mewah dan mahal, begitu juga untuk maasyarakat Tanah Datar di Sumatera Barat, bagi mereka pendidikan adalah hal murah yang bisa mereka nikmati sepuas-puasnya. Sebuah hal yang sangat langka bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, karena untuk Indonesia pendidikan dan kesehatan tetaplah menjadi barang mewah, hal ini disebabkan karena ketidakperpihakan pemerintah daerah untuk mau memperhatikan kedua hal tersebut. Di daerah lain di Indonesia orang akan enggan berobat karena mahalnya tarif dokter dan mahalnya obat-obatan, kalaupun ada dan murah pasti pelayanannya yang sangat kurang. Demikian juga untuk bidang pendidikan, berbagai uang pungutan selalu ada dengan berbagai macam dalih dan alasan yang ujung-ujungnya selalu menyusahkan orang tua murid.
Hal ini berbeda dengan Pemda Jembrana, Pemda telah menyubsidi seluruh kebutuhan Sekolah Negeri dari tingkat dasar hingga menengah atas. Seluruh ongkos belajar mengajar didalam kelas, hingga ekstra kurikuler murid disekolah ditanggung Pemda. Jumlah subsidi berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi sekolah, terutama jumlah murid dan pengajar. Dan untuk meningkatkan kualitas dan mutu guru terdapat sejumlah program bagi guru yakni pemberian insentif tambahan untuk guru setiap jam Rp. 5000,- (diluar tunjangan guru) dan bonus Rp. 1.000.000,- setiap tahun atau sebagai gaji ke 14.
Terbuka pula kesempatan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi bagi guru dengan biaya sebagian ditanggung Pemda Jembrana. Guna membayar insentif guru itu saja Pemda Jembrana mengalokasikan Rp. 5,1 Milyar pada tahun 2004. Tidak heran muncul kelakar diantara pegawai Pemda bahwa profesi paling enak saat ini di Jembrana adalah menjadi seorang guru. Dengan demikian yang namanya impian guru Indonesia bisa sama dengan guru di negara Jepang yaitu profesi mulia karena terhormat dan mendapatkan fasilitas yang memadai bisa juga terjadi di negara kita.
Dana untuk membayar intensif dan lain-lain diperoleh dari PAD Jembrana yang hanya Rp. 11,5 Milyar. Jika ditambahkan dengan total pembagian dari pusat, total APBD Rp. 232 Milyar. Dan yang membanggakan, berdasarkan APBD 2004 Jembrana tidak berutang sama sekali. Hal ini dikarenakan beberapa kebijakan yang cukup ekstrim yang diambil oleh Pemda Jembrana antara lain perampingan dan penyederhanaan organisasi. Jumlah karyawan tidak dipotong, akan tetapi jumlah pejabat eselon IIb, IIIb, IVa, dikurangi drastis. Otomatis tunjangan jabatannya berkurang. Mobil dinas cukup dengan menyewa karena jauh lebih murah, tidak perlu perawatan, dan dapat selalu memilih jenis terbaru. Demikian pula dengan fasilitas rumah. Efisiensinya luar biasa mereka bisa mendapatkan Rp. 2 Milyar mulai tahun 2003. Dengan upaya dasar kualitas hidup itu diharapkan warga Jembrana menjadi sehat dan cerdas. Yang saat ini masih kanak-kanak begitu dewasa mampu menginterfensi keluarga dan masyarakatnya. Ujungnya, visi Jembrana adalah sejahtera, adil, iman, dan budaya tidak lagi menjadi sebuah khayalan atau mimpi kosong. Kapan masyarakat Maluku Utara bisa mewujudkan mimpi-mimpinya.
Bupati Jembrana Prof. Dr. drg I Gede Winasa menyebutkan Jembrana bisa membebaskan biaya pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga lanjutan atas utnuk semua murid sekolah negeri dan memberi beasiswa yang besarnya antara Rp. 7.500,- hingga Rp. 20.000,- per bulan untuk siswa SD hingga SLTA Swasta yang berprestasi gurupun diberi kesempatan mengikuti pendidikan lanjutan.
Dalam efisisensi sarana Winasa menyatukan semua kantor kabuten didalam satu lokasi sehingga menghemat biaya listrik dan mempercepat rantai komando. Peningakatan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan melaui sistem Bolck Grant dan bukan proyek sehingga efisiensi penggunaan dana meningkat sebanyak 15 – 30 persen selain meningkatkan partisipasi masyarakat dalm pendidikan yang rata-rata sampai 40 persen karena yang mengerjakan adalah komite sekolah.
Senada dengan Bupati Jembrana, Bupati Tanah Datar Masriadi mengatakan bahwa langkah pertama pelayanan unggul untuk pendidikan adalah penetapan rasio guru dan murid. Ia berpendapat idealnya seorang guru membina maksimal 25 murid supaya terjadi komunikasi intensif dalam proses belajar mengajar. Guru tak hanya mengajar, tapi tahu betul keadaan murid dirumah dan lingkungannya.
Penyediaan sarana dan prasarana dasar untuk kelangsungan pendidikan, seperti gedung sekolah, guru, dan kurikulum adalah tanggung jawab pemerintah. Begitu juga terselenggaranya pendidikan yang baik aman dan lancar. Dengan demikian setiap orang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya setelah mengenyam pendidikan minimal tertentu. Namun partisipasi masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk terlaksananya pendidikan tersebut serta peningkatan kualitasnya. Partisipasi tersebut antara lain melalui Komite sekolah, pembayaran uang sekolah, dan bantuan lain sesuai dengan kemampuan.
Dana partisipasi pendidikan oleh masyarakat itu digunakan untuk membayar gaji guru honor, menambah buku perpustakaan, mengadakan alat peraga pendidikan dan kebutuhan lain untuk peningkatan kualitas sekolah yang bersangkutan. Di Tanah Datar dana partisipasi masyarakat seperti uang sekolah tak begitu besar : Rp. 10.000 hingga Rp. 30.000 per bulan. Kebijakan lanjutan dari sokongan masyarakat ini adalah apabila suatu sekolah tak mancapai kemajuan, Kepala Sekolahnya diganti oleh yang mampu dan punya kompetensi lulus TOEFL ujian bahasa Inggris.
Berkaitan dengan upaya peningkatan peningkatan mutu guru dan kesiapan memasuki era globalisasi., pemda Tanah Datar telah mengirimkan 15 guru bahasa Inggris SMU di Tanah Datar mengikuti kursus singkat di Adelaide Language School, Australia. Sepulang dari Australia setiap guru selain menularkan pengalamannya kepada guru lainnya, juga diminta menyiapkan pola dan strategi yang cocok untuk pengajaran bahasa Inggris dan membentuk English Club. Di Tanah Datar setiap sekolah punya satu laboratorium komputer. Melalui program One School One Computer Laboratorium, peserta didik ditargetkan dapat menggunakan komputer dan internet. Kini sudah ada 400 unit komputer yang menyebar diberbagai sekolah. Tahun 2005 ini akan ada tambahan sebanyak 1.000 unit. Pemerintah kabupaten Tanah Datar merencanakan dalam tiga tahun ini memfasilitasi pembentukan laboratorium komputer di SLTA, SLTP, Madrasah dan SD sehingga rasio peserta didik dan komputer nanti akan 1 : 50.
Salah satu indikator meningkatnya mutu pendidikan di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat dengan terus menigkatnya jumlah mahasiswa asal Tanah Datar yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri, baik melaui program tanpa tes, beasiswa maupun melalui tes sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Untuk Sumatera Barat, prestasi pendidikan di Kabupaten Tanah Datar sungguh mengejutkan. Tanggal 16 Agustus 2004 Bupati Masriadi Martunus meraih Piagam Penghargaan sebagai pengelolah pendidikan terbaik dari gubernur Sumatera Barat.
Jadi sudah selayaknya kita bercermin dan banyak belajar kepada dua orang Bupati dengan daerah yang dipimpinnya yaitu Jembrana dan Tanah Datar, karena Lembaga bergengsi semacam Lembaga International Partnership dan Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat, sebagai satu dari tujuh Kapubaten terbaik dari 400 lebih kabupaten dan kota di Indonesia.
Maluku Utara belum tertingal, yang penting kita masih punya keinginan yang kuat untuk memperbaiki diri, hal ini bukanlah hal mustahil yang tidak bisa dilakukan. Bukankah Tanah Datar yang menjadi salah satu kabupaten terkecil di Sumatera Barat (luas 133.600 hektar) dengan jumlah penduduk 329. 962 jiwa pada awalnya tidak pernah dikenal dan nyaris tidak pernah tersentuh prestasi yang membanggakan, sekarang bisa bangkit dan dikenal oleh daerah-daerah lain di Indonesia bahkan di luar negari.

No comments: