Sunday, September 23, 2007

PELUANG DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PARAWISATA DI DANAU

Oleh: Asmar hi. Daud

I. Pendahuluan

Menurut parah ahli Limnologi bahwa kebanyakan danau tropika masih diselimuti misteri untuk pengatahuan modern. Studi sistimatis danau-danau di Indonesia dimulai dengan ekspedisi Limnologi Ruttner dan Thienemann pada tahun 1928-1929.
Berdasarkan geomorfologi Hutchinson (1957) danau kemudian dibagi berdasarkan 12 katagori utama. Dan di Indonesia menurut Hutchinson terdapat 7 (tujuh) katagori danau. 4 Klasifikasinya di antaranya adalah;
1. Danau tektonik (Danau Diatas Sumatra di Sumatra),
2. aktivitas vulkanik (danau Toba di Sumatra),
3. danau yang dibentuk karena pergeseran lapisan bumi (Danau Rawa Pening di Jawa Tengah),
4. Danau-danau yang berkaitan dengan garis pantai dan tanah longsor (Sentani di Irian Jaya), dll.
Khususnya di Kota Ternate Prov. Maluku utara terdapat tiga buah danau yaitu; Danau Laguna/Ngade yang terletak di Kelurahan Fitu, 8 km dari pusat kota Ternate dan Danau tolire ( Tolire besar dan Tolire Kecil) terletak di Kelurahan Takome, 19 km dari pusat Kota. Berdasarkan asal usulnya, ketiga danau tersebut sampai saat ini belum dikaji secara ilmiah, kecuali hanya berdasarkan pada legenda cerita rakyat. Hal ini tentunya diperlukan kajian yang lebih mendalam, baik dari aspek terbentuknya, ekologinya, maupun pendekatan mitologisnya.

1. Keunikan
Keberadaan ketiga danau ini memiliki arti penting bagi masyarakat Kota Ternate, karena selain bermanfaat bagi penduduk di sekitar danau, letaknya sangat strategis (berada tidak jauh dari pusat kota) Sehingga semua orang dari berbagai kalangan yang ingin menyaksikan pemandangan dan keindahan ketiga danau tersebut dapat dengan mudah menjangkaunya. Selain keindahan panoramanya, ketiga danau ini juga memiliki keunikan tersendiri. Di Danau laguna aktifitas masyarakat dapat berlangsung setiap saat di dalamnya (baik itu untuk kegiatan mencuci, berenang/mandi, mendayung, berternak ikan bahkan untuk aktifitas memancing. Sementara untuk Danau Tolire besar hampir pasti kita tidak pernah menyaksikan kegiatan atau aktifitas masyarakat seperti yang terjadi di danau laguna, karena selain air danau sulit untuk dijangkau karena cekungannya terlampau dalam (terjal), juga konon di danau Tolire Besar ini terdapat seokor buaya putih yang sewaktu-waktu dapat muncul kepermukaan danau. Keunikan Laguna dan Tolire Besar juga berbeda dengan anak danaunya Tolire Kecil. Danau kecil ini terletak di bibir pantai dengan keunikan tersendiri karena dipengaruhi oleh gelombang dan aktifitas pasang-surut air laut.

2. Kepercayaan Masyarakat
Ada cerita-cerita rakyat sudah yang melagenda yang kemudian menjadi kepercayaan turun-temurun, terutama masyarakat yang hidup di sekitar danau tersebut. Konon di danau laguna menurut ceritanya, memliki pintu keluar air danau ke laut. Tapi karena waktu itu sering terjadi perkelahian antara dua ekor buaya (buaya darat dan buaya laut) ada seorang tokoh yang di hormati pada waktu itu memerintahkan kepada masyarakatnya agar menutup pintu itu dengan menimbun tanah di depannya. Konon kepercayaan dari cerita ini dapat dibuktikan dengan melihat permukaan air danau dengan permukaan air laut. Tinggi pasang-surut air laut akan selalu sama dengan tinggi permukaan air danau. Begitu juga dengan keberadaan kuburan/keramat yang terendam di di air danau laguna mengisahkan cerita tersendiri.
Keberadaan danau Tolire Besar dan Tolire Kecil juga tak luput dari legenda itu. Konon danau ini dahulunya adalah perkampungan yang tenggelam karena peristiwa perkawinan antara sang ayah dan anak atau putri kandungnya sendiri (incest) sehingga mendapat kutukan yang menyebabkan kampung tersebut tenggelam bersama penduduknya. Terlepas dari benar atau tidak cerita rakyat ini, mestinya ia menjadi jargon kota Ternate dalam mempromisikan dirinya sebagai sebuah negeri yang syarat dengan cerita-cerita klasik (negeri kayangan-sebuah negeri dongen yang mengikat siapa saja untuk mengetahuinya). Hal-hal tersebut di atas seharusnya menjadikan peluang dalam kemasan produk pariwisata di dalam mempromisikan aset-aset wisata di kota ini. Selain asset histories lainnya yang dimiliki oleh daerah ini.

II. Masalah yang dihadapi
Persoalan mendasar yang harus mendapat perlakuan khusus dan perhatian serius kaitannya dengan danau sebagai asset wisata alam dan pengembangan parawisata adalah menjaga keaslian dan keberadaan danau serta kawasan di sekitarnya agar tetap steril dari gangguan yang dapat mengamcam kelestariannya. Hal ini tidak diperhatikan, terutama di danau Laguna dan Danau Tolire kecil. Masalah-masalah yang dihadapi diantaranya adalah;
· Aktifitas masyarakat terus berlangsung yang mengarah kepada pengrusakan ekosistem dan wajah asli danau. Penebangan pohon untuk berkebun dan pembesaran ikan yang tidak terkontrol akan memnyebabkan proses pendangkalan lebih cepat karena proses sedimentasi.
· Aktifitas penambang pasir di sekitar danau tolire kecil juga berlansung terus menerus yang dikuatirkan suatu ketika danau kecil yang unik ini akan menjadi lautan atau bersatu dengan laut. Gejala ke arah itu sudah mulai nampak tanpa ada solusi yang bisa ditawarkan oleh kita.
· Masih rendahnya tingkat pengelolaan danau, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengawasannya.
· Belum ada rencana tata ruang wilayah danau dalam upaya mengoptimalisasikan kawasan yang berbasiskan ekosistem dan ekowisata,
· Belum adanya payung hukum yang jelas atau PERDA yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam upaya perlindungan danau di Kota Ternate.

III. Kebijakan dan Strategi Pengembangan
1. Kebijakan;
- meningkatkan upaya penelitian untuk mengungkapkan fenomena ilmiah yang terdapat di danau,
- mempertahan keutuhan kawasan danau sesuai dengan fungsinya,
- mempertahankan keanekaragaman hayati asli ekosistem danau,
- meningkatkan peran ekosistem danau sebagai tempat wisata dan rekreasi,
- membangun infrastruktur yang memadai untuk mendukung semua proses kepariwisataan,
- melibatkan peran serta masyarakat setempat dalam pengelolaan dan pemanfaatan danau yang berkelanjutan.
- Menyusun rencana pengelolaan terpadu terhadap danau yang berada di luar kawasan hutan mulai dari hulu hingga hilir.
2. Strategi Pengembangan;
* punya visi yang jelas arah pengembangan pariwisata yang berkelanjutan,
* reposisi ekonomi dari brand based ekonomi, menjadi experiensi ekonomi (pariwisata yang berbasiskan experience atau kesan),
* merubah strategi dari kebiasaan-kebiasaan lama, dari mengatur menjadi penjual dan memasarkannya,
* Dinas pariwisata harus kental dengan pemasaran produk kepariwisataannya, baik ditingkat local (daerah), nasional maupun internasional,
* produk alamiah harus dijual ke pasar, tidak hanya di pasar domestic dan nasional tapi juga internasional,
* jangan hanya menjual tempatnya hanya karena keindahan panoramanya, tetapi juga sejarahnya,
* Fasilitas kemudahan harus disiapkan baik fasilitas transportasi, pelayanan informasi, aspek hukum dan kenyamanan.
* memiliki situs informasi pariwisata yang dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja.

VI. Penutup
Untuk mendapatkan wisatawan yang sebanyak-banyaknya dan produk wisata kita laku di pasaran, maka kita harus lebih strategis membangun parawisata itu sendiri. Kita tidak sekedar menjual daerah kita, tetapi juallah tema, jual lokasi, sejarah, produk dan seterusnya. Produk-produk pariwisata kita jelas butuh sentuhan-sentuhan baru agar tidak terkesan monoton dan tidak terurus.
Pemasaran pariwisata yang baik akan mendorong akan mendorong peningkatan lapangan kerja yang memadai. Karena di bawahnya terdapat kegiatan ekonomi produktif mulai dari kerajinan, kesenian makanan, transportasi, travel, herbal dan sebagainya. Jangan kita lupakan pariwisata karena alam telah memberikan kita yang terbaik.
MAKALAH: DISAMPAIKAN PADA SEMINAR NASIONAL TENTANG DANAU, TERNATE 2005

No comments: