Wednesday, September 26, 2007

Pulau Jiuw (Pulau Terluar MU -NKRI)."Keunikan,Peluang dan Pengelolaannya" Asmar H. Daud, Nurchalis Wahidin, M.Sc. Thamrin H.Ibrahim, Mufti Abd. Murhum

Pendahuluan
Latar Belakang
Pulau Jiuw merupakan salah satu pulau kecil yang berada di bibir Samudera Pasific pada sisi sebelah Timur Pulau Halmahera. Pulau ini berbatasan langsung dengan Republik Palau dan secara adminstratif berada pada wilayah administrasi Kabupaten Halmahera tengah. Selain pulau terluar, secara bio-ekologis pulau Jiew memiliki keunikan sumberdaya alam baik flora dan fauna. Selain flora dan fauna tersebut di atas pulau ini juga terdapat berbagai jenis biota laut yang sampai saat ini belum teridentifikasi baik jenis dan jumlahnya. Keberadaan pulau Yiew yang agak terpencil (jauh dari pemukuman penduduk) dan sebagai salah satu pulau terdepan perbatasan Indonesia dengan Negara lain (Dirjen P3K DKP RI, 2002) sehingga memungkinkan adanya ganguan dari masyarakat negara dan daerah lain.
Mengingat pulau Jiuw merupakan pulau kecil dan terluar yang memiliki keterbatasan sumberdaya daratan dan aksesibilitasnya, maka upaya pengembangan hendaknya didasarkan pada pemanfaatan potensi sumberdaya lautnya yang tentu saja harus terpadu dengan potensi sumberdaya daratannya dengan realitas sosial budaya masyarakat yang ada disekitarnya.
Penyusunan Profil Pulau Jiuw ini merupakan salah satu upaya dalam mendukung perencanaan pembangunan pulau kecil dan pulau terluar di kawasan pulau Jiuw dan sekitarnya. Berbagai informasi, baik biogeofisik maupun sosial budaya disajikan dalam profil ini dengan harapan dapat menjadi gambaran bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dan dapat menggunakannya dalam rangka mengelola dan membangun pulau Jiuw.
Tujuan Dan Manfaat
Tujuan peyusunan profil Pulau Jiuw adalah untuk mengidentifikasi potensi dan realitas sumberdaya alam dan jasa-jasa lngkungan serta aspek sosial budaya; Mengkaji peluang pengembangan dan pengelolaan Pulau Jiuw sebagai kawasan konservasi yang berbasis wisata alam; Memberikan arahan bagi pengelolaan sumberdaya alam di Pulau Jiuw.
Manfaat dari keberadaan profil Pulau Jiuw ini adalah tersedianya informasi tentang potensi, realitas dan permasalahan pengelolaan sumberdaya alam yang dapat dijadikan informasi dasar dalam perencanaan pengelolaan pulau-pulau kecil dan terluar.

DIMENSI GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI
Secara administratif Pulau Jiuw merupakan bagian dari wilayah kecamatan Patani Utara, Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara yang berjarak kurang lebih 36 mil laut dari Desa Gemia. Secara geografis Pulau Jiew terletak pada posisi 1270 08’44.1” - 1270 08’57.1” BT dan 00040’43.5” - 00040’50.2” LU memiliki luas kurang lebih 181.747,84 m2, atau 18,17 ha yang dikelilingi oleh tebing batu karang, ditumbuhi oleh vegetasi campuran dan terdapat hamparan pasir putih kurang lebih 50 m di bagian utara. Selain itu pada sisi bagian Barat dan Timur terdapat pulau karang yang berukuran kecil dan juga ditumbuhi vegetasi pantai.
Kawasan Pulau Jiuw
Realitas Geofisik
Topografi, Jenis Tanah dan Geologi
Tebing Batu dan Pasir PutihTopografi pulau Jiuw pada umumnya merupakan dataran rendah (relative datar) dengan kemiringan rata-rata di bawah 2 %. Tipologi pantai dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu pantai terjal berkarang dan pantai landai berpasir putih. Pantai terjal berkarang ditemukan hampir pada seluruh lingkaran pulau, sedangkan pantai landai berpasir putih hanya ditemukan pada sisi bagian Utara Pulau dengan panjang kurang lebih 50 m dan lebar ke arah darat 30 meter.
Batuan Penyusun Pulau JiuwPada bagian darat dari pulau Jiuw umumnya merupakan vegetasi campuran yang ditumbuhi vegetasi pantai dan hutan tropis. Vegetasi pantai didominasi oleh formasi Baringtonia dan Pascarpae, sedangkan vegetasi hutan tropis adalah kayu besi dan rotan yang tumbuh secara alami serta tanaman pisang dan papaya yang diintroduksi oleh penduduk dari pulau besar daratan Halmahera. Sebagian besar wilayah daratan pulau Jiuw terbentuk dari batu gamping hasil pengendapan batuan karang yang mati dan muncul ke permukaan (coral espouse) dan pada beberapa sisi ditemukan jenis tanah rensina yang memiliki ciri tanah muda dan akan berkembang. Jenis tanah entisol dangkal bahkan hingga sangat berpasir. Kesesuaian tanah jenis ini sangat rendah bagi keperluan pertanian tanaman semusim.
Iklim Dan Kondisi Fisik Perairan
Pulau Jiuw beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim. Dalam pembagian empat wilayah iklim Provinsi Maluku Utara, maka pulau Jiuw dipengaruhi oleh daerah iklim Halmahera Tengah/Barat. Musim Utara terjadi pada bulan Oktober-Maret yang diselingi angin Barat pancaroba pada bulan April. Musim Selatan terjadi pada bulan Mei-Agustus diselingi angin Timur pancaroba pada bulan September.
Karena dipengaruhi oleh kondisi iklim tersebut maka relatif perairan disekitar pulau Jiuw mendapat hempasan gelombang hampir sepanjang tahun. Pola arus di perairan sekitar pulau Jiuw dipengaruhi oleh pola arus Samudera Pasific bagian Selatan. Arah arus permukaan bergerak ke arah Timur dengan kecepatan 19 – 39 cm/detik, dimulai pada bulan Februari samapi Juli. Pada Bulan Agustus arah arus berubah ke arah Barat dengan kecepatan 22 – 78 cm/detik. Salinitas tahunan relatif stabil yaitu berkisar antara 32 – 34 o/00. Salinitas pada bulan Desember – Mei sekitar 34,5 o/00 sedangkan pada bulan Juni – Nopember sekitar 32 o/00\. Suhu perairan hampir tidak mengalami perubahan tahunan, yaitu sekitar 30 oC. Demikian juga kandungan oksigen terlarut cukup stabil yaitu 4,5 mg/l (P2O-LIPI, 2002).
Realitas Sumberdaya Hayati
Kenaekaragaman Hayati
Vegetasi Pantai Formasi BarringtoniaSecara umum tipe flora di Pulau Jiuw merupakan vegetasi campuran yang didominasi oleh vegetasi hutan pantai formasi Baringtonia dan Pescaprae dan vegetasi hutan tropis. Vegetasi pantai dari formasi Barringtonia yang dapat dijumpai adalah : Butun (Barringtonia asiatica), Bintangor laut (Calophyllum inophyllum), Ketapang (Terminalia catappa), Bintaro (Cerbera manghas), Malapari (Pongamia pinnata), Waru (Hisbiscus tiliaceus), Waru Lot (Thespesia populnea), Jati Pasir (Guettarda speciosa), Kenyere laut (Desmodium umbellatum), Sentigi (Pemphis acidula), Kayu wesen (Dodonaea visoca) dan Bidara Laut (Ximenia americana). Formasi Pescaprae disusun oleh jenis-jeinis : Daun katang-katang (Ipomoea pescaprae), Kacang laut (Canavalia maritima), Rumput Kacang (Vigna marina), Glinting Segara (Thuarea involuta), Jelutung laut (Euphorbia atoto) dan Pandan Pantai (Pandanus tectorius). Sedangkan Vegetasi darat yang juga ditemukan adalah vegetasi hutan tropis yaitu kayu besi (Diospyros, spp) dan Rotan serta vegetasi tanaman semusim yaitu Pepaya (Psidium aguaeum) dan Pohon Pisang (Musa paradisiaca).
Kepiting Kenari (Birgus latro)
Burung Juna Emas (Coleonas nicobarica)Selain flora, terdapat beberapa jenis fauna yang dikategorikan jenis satwa liar, umunya terdiri dari beberapa jenis burung. Pulau Jiuw juga merupakan habitat untuk berkembang biaknya burung langka Junai Emas Menata (Caleonas nicobarica). Keunikan dari burung emas adalah memanfaatkan pulau ini selama 6 bulan sebagai waktu untuk berkembang biak (bertelur dan membesarkan anaknya), terjadi pada musim Utara kemudian berpindah lagi ketempat lain untuk mencari makan, dan kembali lagi pada saat yang sama untuk bertelur. Sedangkan pada musim Selatan burung ini tidak ditemukan. Jenis burung lain yang terdapat di Pulau Jiuw adalah burung elang coklat (Haliastur indus) dan menurut informasi beberapa warga masyaralat terdapat juga burung Maleu.
Selain jenis-jenis burung fauna yang yang juga terdapat di Pulau Jiuw adalah Kepiting Kenari (Birgus latro) dan beberapa jenis penyu yang biasanya memanfaatkan daerah pantai berpasir dibagian utara untuk bertelur.
Hanya terdapat sumberdaya alam hayati laut berupa komunitas karang yang tumbuh pada dasar perairan berbatu. Secara umum ekosistem terumbu karang di sekitar perairan Pulau Jiuw memiiki keanekaragaman yang sedang dengan nilai estetika yang memikat. Hampir pada semua bagian lokasi terumbu karang hidup pada tebing batu pada sisi terluar pulau sampai pada kedalaman 25 meter, pada beberapa sisi terdapat goa-goa bawah air dan lorong-lorong yang dibentuk oleh palung laut.
Potensi Wisata Bawah AirKomunitas karang seluruhnya menghadap ke laut lepas berupa terumbu karang tepi memiliki koloni relatif kecil dan bentuk pertumbuhannya merayap (Encrusting) atau bercabang pendek kekar. Jenis karang yang hidup di daerah ini terdiri dari jenis Montipora denae, Montipora verucisa, Acropora cuneata, Acropoara nobilis, Acropora palifera Pochyllopora demicornis, Styllopora pistilata Porite nigrescen dan Porites lobata. Komunitas karang seperti ini sering juga disebut dengan Komunitas ”Acropoid” dan ”Pochilloporoid”.
Pada rataan terumbu berupa lorong-lorong banyak ditemukan kumpulan karang Goniastrea retiformis, Montastrea curta, Leptoria phygyra, Euphyllia sp dan Porites lobata. Selain jenis-jenis karang tersebut juga terdapat jenis-jenis karang lunak yaitu : Leader coral dari jenis Sarcophyton, Nepthea, Sinularia dan Xenia. Fauna lain juga juga ikut menyusun komunitas karang di pulau Jiuw adalah Anemon Laut dan Kima raksasa (Tridagna sp).
Sumberdaya Ikan
Jenis-Jenis Ikan Di Pulau JiuwKomunitas ikan yang terdapat di sekitar perairan pulau Jiuw memiliki keanekaragaman yang tinggi, terbagi secara umum atas ikan hias/indikator dan ikan konsumsi. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dijumpai sekitar 122 jenis ikan, terdiri dari 29 jenis ikan kepe-kepe (Famili Chaetodontidae), 67 jenis dari Famili Pomachentridae, 6 jenis ikan Famili Achanturidae 12 jenis ikan Famili Lutjanidae, 2 jenis ikan Famili Carangidae dan 6 Jenis ikan Famili Blastidae.
Potensi Wisata Alam
Kegiatan Diving
Bangkai Cangkai Penyu SisikPotensi Wisata alam yang dapat dikembangkan di pulau Jiuw adalah wisata alam hutan untuk pengamamatan satwa liar (tingkah laku dan cara hidup) burung langka Junai Emas (Caleonas nicobarica) yang hanya bisa ditemukan pada musim Utara (bulan Oktober – Maret). Selama musim Utara burung emas melakukan aktifitas perkembangbiakan (bertelur) kemudian membesarkan anaknya kemudian akan bermigrasi ke tempat lain menjelang musim Selatan (Bulan Mei – Agustus), sehinga pada musim selatan relatif tidak ditemukan. Daerah penyebaran burung emas berdasarkan catatan buku ”A Photographic Guide to The Birds of Indonesia (Oey, 2002) adalah daerah Asia Timur bagian selatan sampai ke Papua Nugini. Sifat hidupnya selalu mengembara untuk berpindah dari satu pulau ke pulau lainnya, relatif mendiami pulau-pulau kecil dan juga tercatat ditemukan pada beberapa pulau besar termasuk sebagian Sulawesi (Sulawesi Tengah).
Pengamatan terhadap tingkah laku satwa juga dapat dilakukan terhadap burung elang coklat (Haliastur indus) yang hidup dan membuat sarangnya pada-pohon-pohon besar. Selain itu menurut informasi beberapa warga masyarakat dan pada saat dilakukan pengamatan ditemukan bekas-bekas sarang burung Maleo dan sarang burung Walet di beberapa lokasi (dalam goa dan celah-celah tebing batu).
Berdasarkan hasil wawancara, pada saat menjelang musim Utara atau menjelang datangnya burung Emas terdapat aktifitas bertelur penyu hijau dan penyu belimbing di daerah hamparan pasir putih (bagian Utara pulau Jiuw).
Potensi Wisata Goa Tete MialangPotensi wisata alam lain yang terdapat di pulau Jiuw adalah Goa dengan lebar mulut 1,5 meter, tinggi 2 meter, kedalaman 3 meter (terdapat di bagian Barat Pulau Jiuw) yang oleh masyarakat desa Wayamli Kecematan Maba dan Gemia (Kecamatan Patani Utara) dinamakan ”Goa Tete Mialang”. Goa ini terbentuk dari dinding batu yang kokoh dan sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berlindung ketika tiba di pulau Jiuw pada saat terjadi badai. Potensi wisata bahari yang dapat dikembangkan adalah wisata diving untuk menikmati keindahan panorama bawah laut yang menampilkan fariasi jenis-jenis ikan dan bentuk topografi dasar perairan yang unik terdiri dari pesona terumbu karang.
DIMENSI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
Sejarah Penamaan Pulau Jiuw
Pulau Jiuw pertama kali disebut oleh masyarakat Halmahera Timur (Maba-Wayamli) dan Masyarakat Halmahera Tengah (Gemia-Patani) dengan nama IAW yang artinya pulau burung karena di pulau ini terdapat Burung Emas yang oleh masyarakat wayamli (Maba) dan Patani (Gemia) disebut IAW. Atas dasar penyebutan ini yang kemudian menjadi cikal bakal penamaan pulau JIUW sampai saat ini.
Secara yuridis pulau Jiew merupakan bagian dari wilayah kesultanan Tidore yang ditertibkan pada masa pemerintahan Sultan Tidore pertama Bakir Nakir Asfarisani pada tahun 1306. Sebelum pemekaran wilayah, nama asli patani adalah poton, yang artinya adalah yang punya tanah ini. Dan kemudian Pada masa pemerintahan Sultan Jou Barakati Ikhtibar Sjah Raja Cililiati (1403-1443) raja ke-9 yang menetapkan pulau Jiuw sebagai bagian dari wilayah Kesultanan Tidore (Hasil wawancara dengan H. Abdul Djalil H. Abdullah Ikhtibar Sjah).
Mitos Dan Ritual Pulau Jiuw.
Seperti biasanya, setiap masyarakat tradisional memiliki sistim kepercayaan tersendiri dalam hubungannya dengan alam. Ritual-ritual atau sesajian biasanya dilakukan untuk menghormati sesuatu yang dipandang oleh mereka memiliki nilai keramat/magis. Demikian juga dengan masyarakat wayamli dan Gemia terhadap pulau Jiew. Pulau Jiew dipercaya oleh masyarakat Halmahera Timur (desa Wayamli) dan masyarakat Desa Gemia Halmahera Tengah (Patani) memiliki penjaga pulau. Oleh karenanya, setiap orang/masyarakat yang hendak ke pulau tersebut harus melakukan ritual khusus sebelum pergi ke sana. Sesaji yang dilakukan adalah menyiapkan buah pinang, sirih dan tembakau (bahasa lokal : tabako) diletakan di atas piring putih dengan jumlah yang ganjil yang menurut masyarakat setempat bernama (ngale-ngale) dan diletakan di tempat yang sudah ditetapkan di pulau tersebut. Orang yang secara turun temurun dipercaya masyarakat desa Wayamli dan Gemia adalah
Ritual Setelah Tiba Di Pulau Jiuw keturunan Borfa, yang sekarang ini adalah Ridwan Hi. Mialang. Apabila sesaji tidak dilakukan maka akan terjadi sesuatu yang tidak inginkan. Pantangan lain ketika sampai dipula Jiuw tersebut adalah burung-burung hasil tangkapan tidak bisa dibunuh dan jatuh ke permukaan air laut. Kalau hal ini diabaikan/dilakukan maka akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Misalnya tiba-tiba terjadi angin ribut atau ombak yang akan menghalangi mereka untuk kembali ke daratan pulau besar Halmahera.
Aspek Ekonomi
Meskipun keberadaan pulau Jiuw sangat jauh dari pulau Halmahera, dan ditempuh dengan berjam-jam dengan resiko yang sangat tinggi, namun ternyata sudah sejak lama pulau tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat Halamhera tengah dan Halmahera Timur (Patani, Maba, Wayamli dan sekitarnya). Salah satu bukti adalah adanya tanaman kelapa yang sudah berumur ratusan tahun dan pohon pisang yang terdapat di pulau itu.
Aktifitas Penangkapan Ikan Mengunakan Panah (Spare Fishing) Di Pulau JiuwKehadiran orang-orang/masyarakat di pulau Jiew sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh keberadaan burung Mas. Karena pulau ini merupakan tempat berkembang biaknya burung-burung tersebut selama musim utara berlangsung yakni selama 6 bulan (dari bulan September sampai bulan Februari). Selama melakukan aktifitas bertelur itulah kesempatan terbaik bagi siapa saja yang sampai di pulau itu untuk mengeksploitasi (menangkap dan mengambil telur-telurnya). Selain daging dan telurnya yang enak untuk dimakan, orang-orang yang beruntung sampai pulau Jiew pada musim bertelur akan mendapatkan keuntungan lebih karena hasil eksploitasi ini akan dijual ketika mereka sampai ke daratan Halmahera. Belum lagi Ketam Kenari yang melimpah dan telur-telur Penyu yang terdapat di pulau tersebut.
Kekuatiran akan semakin berkurangnya keberadaan burung mas di pulau ini, pada tahun 1970-an perna dilakukan upaya-upaya konservasi terhadap burung mas di pulau Jiew, yaitu tepatnya pada masa kepemimpinan Abdullah Nebo (kepala desa Gemia). Apabila ada masyarakat yang ketahuan mengambil burung mas dan membawa pulang ke desa asalnya maka burung-burung tersebut akan dikembalikan atau diterbangkan kembali.
Namun dapat dipastikan bahwa keberadaan pulau Jiew dengan segenap potensi sumber daya alam daratan dan laut yang dimilikinya lebih banyak memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dari luar Halmahera. Terutama nelayan-nelayan asing seperti Pilipina dan nelayan dari Sulawesi. Hal ini terjadi selain karena keberadaan pulau Jiew sangat jauh dari pulau induk Halmahera, masyarakat Halmahera (Patani, maba dan sekitarnya) juga memiliki akses yang terbatas untuk sampai ke pulau tersebut. Meskipun mereka bisa sampai ke sana, waktu yang dibutuhkan sangat bergantung pada persediaan yang mereka bawa.
ISU UTAMA DAN ARAHAN PENGELOLAAN
Isu Utama
Isu utama yang berkembang dalam pengelolaan sumberdaya alam di pulau Jiuw adalah :
1. Pengelolaan Pulau Kecil dan Terluar.
Dengan ukuran pulau kurang lebih 18,17 ha, maka pulau Jiuw tergolong sebagai pulau kecil (lebih besar dari 10 ha dan lebih kecil dari 2000 ha), memiliki beberapa permasalahan utama. Keterisolasian membentuk lingkungan fisik pulau kecil bersifat khas (unique) dengan proporsi (jumlah) spesies endemik relatif tinggi, dan catchments area relatif kecil sehingga kebanyakan air hujan dan sedimen langsung teralirkan ke laut. Keterisolasian juga membentuk lingkungan sosial-budaya pulau kecil bersifat unique, berbeda dari pulau kontinen.
2. Pengembangan Sumberdaya Alam Secara Optimal dan Lestari
Pengembangan Wisata PantaiEkosistem yang ada di pulau Jiuw perlu dikelola secara baik agar potensinya dapat dimanfaatkan secara otpimal dan lestari. Pemanfaatan kawasan yang dapat dikembangkan meliputi : pariwisata pantai dan pariwisata bahari. Pemanfaatan potensi ini dapat dikembangkan secara sinergis melalui kegiatan wisata antara lain : snorkling, penyelaman (scuba diving), rekreasi, memancing dan beberapa kegiatan perikanan lainnya. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam melalui kegiatan lainnya antara lain melalui, ecotourism, agrofisheries dan agroforestry.
3. Perlindungan Satwa Liar dan Biota Potensial.
Keberadaan burung Junai Emas (Coleanus nicobarica), Burung elang coklat, Burung Maleu, Kepiting Kenari (Birgus latro) dan beberapa jenis penyu yang memanfaatkan pulau Jiuw sebagai tempat memijah (spawning ground) dan tempat mencari makan (feeding ground), terancam oleh beberapa kegiatan yakni, kunjungan masyarakat lokal untuk mengambil/memanfaatkan potensi tersebut yang sebagian besar untuk dikonsumsi dan pemanfaatan untuk dijual oleh beberapa masyarakat pendatang.

No comments: